Diego Costa: Si Striker Bad Boy yang Selalu Bikin Masalah (dan Gol)

Kalau sepak bola itu film, Diego Costa bukan pemeran utama romantis—dia tuh antagonis brutal yang sering jadi villain… tapi lo bakal ngerasa aman banget kalau dia satu tim sama lo. Karena meskipun dia suka drama, tabrakan, provokasi, dan duel adu muka, satu hal pasti: dia tahu cara cetak gol.

Diego Costa bukan tipe striker elegan. Dia bukan model Instagram atau ikon fashion. Tapi dia adalah simbol kekacauan yang terkontrol—striker yang bikin bek lawan stress bahkan sebelum kick-off.


Awal Karier: Dari Jalanan Brasil ke Eropa Timur

Diego da Silva Costa lahir 7 Oktober 1988 di Lagarto, Brasil. Tapi kariernya gak langsung meledak. Malah awalnya dia main di klub-klub kecil di Portugal dan Spanyol kayak Braga, Celta Vigo, Albacete, dan sempat bolak-balik dipinjamkan.

Dia bukan wonderkid. Gak ada hype. Tapi dari situ, dia tumbuh dengan cara keras: ngasah mental, tahan banting, dan belajar bertarung. Dan di satu titik, dia ngebentuk identitasnya sendiri: striker keras kepala yang gak cuma jagain bola, tapi juga siap ribut kalau perlu.


Atlético Madrid: Rumah bagi Para Petarung

Nama Diego Costa baru benar-benar meledak saat dia gabung Atlético Madrid bareng pelatih Diego Simeone—yang secara gak langsung kayak kembaran jiwa Costa: sama-sama garang dan meledak-ledak.

Musim 2013–14? Legend banget:

  • Cetak 36 gol di semua kompetisi
  • Bantu Atlético juara La Liga (ngalahin Barcelona dan Madrid!)
  • Bawa tim ke final Liga Champions
  • Jadi top scorer dan mimpi buruk bek-bek La Liga

Costa waktu itu bukan cuma striker yang bisa finishing, tapi juga rajin pressing, bikin bek panik, dan bikin celah buat rekan setim. Gaya mainnya? Pure agresi + insting tajam.


Chelsea: Antara Mesin Gol dan Mesin Drama

Tahun 2014, Costa pindah ke Chelsea dan langsung jadi andalan José Mourinho. Premier League cocok banget buat dia: fisik, cepat, dan penuh emosi.

Musim debut? Langsung 20 gol dan juara liga.

Ciri khas Costa di Inggris:

  • Duel fisik keras tiap pertandingan
  • Trash talk nonstop ke bek lawan
  • Finishing tajam dari sudut sempit
  • Selebrasi “gue gak peduli lo benci gue”
  • Sering ribut… tapi jarang kalah

Tapi drama mulai muncul. Mourinho out, Conte masuk, dan Costa sempat di-“ghosting” lewat… SMS. Yap, Conte ngabarin dia gak masuk rencana lewat pesan singkat.

Hasilnya? Costa ngamuk, bolak-balik ke Brasil, absen dari tim. Tapi bahkan di saat kontroversi, fans Chelsea tetap cinta. Kenapa? Karena Costa selalu fight buat klub.


Balik ke Atlético: Legacy dan Cedera

Tahun 2018, Costa balik ke Atlético Madrid. Tapi kali ini gak semoncer sebelumnya. Cedera mulai sering datang, kecepatan menurun, dan insting gol gak se-brutal dulu.

Meskipun begitu, dia tetap jadi figur penting di ruang ganti dan simbol DNA Atlético: gak pernah ngalah, selalu fight, dan siap ribut kapan aja.


Timnas Spanyol: Antara Ditolak Brasil dan Diteriakin Spanyol

Fun fact: Costa lahir dan tumbuh di Brasil, tapi milih bela Timnas Spanyol. Keputusan ini bikin kontroversi gede di Brasil. Bahkan fans Brasil sempat ngatain dia “pengkhianat.”

Tapi Costa cuek. Di Spanyol, dia sempat jadi striker utama di Piala Dunia 2014 dan 2018, bahkan cetak gol lawan Portugal di laga epik 3-3.

Meskipun performa di timnas gak segila di klub, satu hal pasti: dia gak pernah takut panggung besar. Bahkan, Costa selalu jadi sorotan—entah karena gol, atau karena ngecekik lawan.


Gaya Main: Chaos, Pressing, dan Mental Baja

Diego Costa bukan striker “halus.” Gak akan lo temuin first touch estetik atau body feint keren.

Tapi dia punya:

  • Strength – jagain bola dari dua bek sekaligus
  • Mental baja – makin dimaki, makin nyala
  • Insting finishing tajam – terutama di kotak penalti
  • Kemampuan pressing – beneran ngerepotin build-up lawan
  • Trash talk profesional – bikin lawan meledak

Gaya main Costa itu “dirty work striker” yang selalu bikin lubang di pertahanan lawan, baik secara teknis maupun emosional.


Karier Belakangan: Petarung Veteran

Setelah keluar dari Atlético, Costa sempat main di Atlético Mineiro dan Wolverhampton Wanderers (Wolves). Di usia 30-an, jelas kecepatannya menurun. Tapi sikap petarungnya gak pernah padam.

Lo masih bisa lihat dia marah, tekel, provokasi, dan sesekali nyetak gol kejutan. Dia mungkin bukan lagi striker utama klub besar, tapi aura “jangan main-main” masih nempel kuat.


Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Diego Costa?

  1. Lo gak harus disukai buat jadi sukses.
    Costa dibenci banyak lawan, tapi dihormati karena mentalnya.
  2. Main dengan emosi bisa jadi senjata.
    Selama gak kelewat batas, itu bikin lo beda.
  3. Striker bukan cuma soal gol, tapi juga soal efek lo ke lawan.
    Costa bikin satu tim musuh gak nyaman main bola.

Warisan: The Ultimate Villain yang Bikin Fans Teriak

Diego Costa bukan tipe pemain yang dicetak ulang. Dia langka. Dia brutal. Dan dia salah satu striker paling berkarakter di era 2010-an.

Lo mungkin gak suka dia. Tapi lo gak bisa lupa dia. Dan buat pemain bola, itu salah satu pencapaian terbesar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *